JAKARTA – Indonesia terus menunjukkan dominasinya di pasar nikel dunia. Produksi nikel negara ini melonjak tajam, dari 358.000 ton pada 2017 menjadi 2,2 juta ton pada 2023, bahkan menyumbang lebih dari separuh kebutuhan global. Namun, banjir pasokan ini membawa dampak besar: harga nikel terus tertekan sepanjang 2024. Kondisi ini memaksa Kementerian Pertambangan Indonesia memangkas kuota penambangan dari 240 juta menjadi 200 juta metrik ton, yang berhasil mendongkrak harga LME sebesar 3% sejak awal Januari.

Sayangnya, permintaan nikel, terutama untuk baterai kendaraan listrik, justru melemah. Banyak perusahaan otomotif di Tiongkok beralih ke baterai non-nikel seperti litium-besi-fosfat, sementara penjualan kendaraan listrik di Amerika Utara dan Eropa tumbuh lambat. Di sisi lain, operator Cina berhasil memanfaatkan teknologi baru untuk mengolah sumber daya nikel Indonesia menjadi produk berkualitas tinggi, meningkatkan stok di London Metal Exchange hingga 172.206 ton pada akhir 2024. Meski begitu, tren ekspor nikel Indonesia tetap naik 7,89%, membuktikan bahwa negeri ini masih memegang kendali pasar nikel dunia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours