Jakarta – Kejahatan siber (cyber crime) yang memanfaatkan teknologi mulai dari perangkat-jaringan internet masih ramai terjadi. Pelaku kejahatan siber juga umumnya menjalankan modus operandinya dengan memanfaatkan data korban yang bersifat privasi.Ada banyak tindak kejahatan siber yang terjadi, namun yang paling terjadi adalah tindakan mendapatkan akses tanpa izin ke data dalam suatu sistem atau komputer. Ini merupakan supaya pelaku kejahatan siber untuk masuk membongkar sistem, mencuri data pribadi dan data keuangan. Dampaknya, sudah pasti tidak hanya data pribadi yang diambil oknum, namun kerugian finansial pun berpotensi dapat terjadi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Arga M. Nugraha menekankan bahwa keamanan data yang pada akhirnya berakhir pada keamanan dana nasabah, menjadi fokus utama perusahaan.”Kami menanggapi hal ini dengan sangat-sangat serius untuk mengamankan data dan dana nasabah BRI. Tentu saja kami memiliki acuan framework yang umum untuk cyber security. Jika memang ada hal buruk yang terjadi, kami telah siapkan rangkaian alat dan prosedur baku, kami bisa menjamin seluruh data nasabah kami tetap aman,” ungkap Arga dalam keterangan resmi, Selasa (5/11/2024).
Dia juga menerangkan, pengamanan BRI secara internal dilakukan secara berulang. Misalnya, BRI melakukan freight monitoring. BRI juga memiliki Security Operation Center (SOC) yang beroperasi 24/7 untuk memonitor berbagai ancaman siber. BRI juga melakukan audit dan asesmen yang rutin dengan pihak ketiga dan partner.”Selain itu kami juga memastikan keamanan dari sisi manusia (human resource) yang dapat terjadi krusial. Dari sisi insan brilian, kami bangun awareness dan kehati-hatiannya. Hal yang sama juga kami lakukan kepada nasabah kami untuk melakukan kehati-hatian,” Ungkapnya.
+ There are no comments
Add yours