JAKARTA – Harapan untuk bangkit harga minyak mentah dunia setelah pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) AS meredup, karena keputusan tersebut tidak membawa sentimen positif dan justru meningkatkan kekhawatiran tentang kondisi ekonomi. Setelah mengalami kenaikan, harga minyak kembali melemah pada perdagangan Kamis (19/9/2024), dengan harga minyak mentah berjangka Brent turun menjadi US$73,31 per barel dan West Texas Intermediate (WTI) menjadi US$70,49 per barel.
Penurunan harga sekitar 15% pada kuartal ini disebabkan oleh kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi di China dan pasokan global yang melimpah. Pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin menunjukkan adanya perlambatan pasar tenaga kerja yang tampaknya memberikan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan efek positif biasanya dari penurunan suku bunga.
“Sementara pemotongan 50 basis poin mengisyaratkan tantangan ekonomi yang berat di masa depan, investor yang bearish merasa tidak puas setelah The Fed menaikkan prospek suku bunga jangka menengah,” ucap analis ANZ dalam sebuah catatan.
Sementara permintaan minyak global tertekan oleh perlambatan ekonomi di China, analis Citi melaporkan potensi peningkatan permintaan sebesar 300.000 barel per hari pada kuartal keempat, seiring meningkatnya aktivitas kilang. Namun, perhatian sekarang beralih ke faktor-faktor fundamental seperti konflik di Timur Tengah dan pasokan di AS. Vandana Hari pendiri Vanda Insights menyebutkan bahwa fokus pasar akan kembali pada kondisi fundamental yang lemah setelah pemangkasan suku bunga The Fed.
+ There are no comments
Add yours