JAKARTA – Kondisi ekonomi masyarakat Indonesia sedang tidak baik-baik saja. 9,48 juta warga kelas menengah RI turun kelas. Tahun 2019, jumlah kelas menengah di Indonesia menyusut menjadi 47,85 juta orang pada 2024, dari yang awalnya 57,33 juta orang. Di saat bersamaan, jumlah warga RI masuk kelompok rentan miskin membengkak, dari 54,97 juta orang di tahun 2019 menjadi 69,69 juta orang di tahun 2024.
Hal tersebut membuat daya beli masyarakat menjadi menurun. Pola belanja menjadi berubah dengan lebih memilih membeli barang dengan harga satuan lebih murah. Akibatnya toko retail modern menjadi kurang laku dan diprediksi penjualannya tidak akan bertumbuh dengan signifikan pada tahun ini.
“Uang yang dipegang semakin sedikit. Maka saat ini pola belanja masyarakat kelas menengah bawah cenderung untuk membeli barang ataupun produk dengan nilai atau harga satuan yang lebih kecil atau murah. Diperkirakan kondisi ini akan terus terjadi sampai dengan akhir tahun ini. Sehingga diprediksi juga pertumbuhan industri usaha ritel secara keseluruhan pada 2024 ini hanya akan single digit saja,” tukas Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja pada Rabu (18/09/2024).
Alphonzus menambahkan, rencana kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% di tahun 2025 berpotensi memperlemah daya beli masyarakat kelas menengah bawah. Masalah ini tidak dapat diatasi sendiri oleh pelaku usaha saja namun juga harus dikendalikan oleh pemerintah. Maka dari itu ia berharap akan terjadi perbaikan pada tahun 2025 karena pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi yang cukup agresif dari tahun-tahun yang lalu.
+ There are no comments
Add yours