KARAWANG – Indonesia berpotensi menyerap investasi besar di sektor pengembangan bahan bakar nabati (BBN) jenis bioetanol yang berasal dari tebu, singkong, jagung, hingga sorgum. Ahli Proses Konversi Biomassa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ronny Purwadi, menyatakan bahwa peningkatan penggunaan bioetanol akan berdampak positif pada peningkatan investasi, pembukaan lapangan kerja, serta peluang bisnis di sektor pertanian dan industri.
Ronny menjelaskan bahwa bioetanol, sebagai salah satu sumber energi terbarukan, dapat menggantikan sebagian penggunaan bahan bakar fosil seperti bensin. Penggunaan bioetanol diyakini tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon dan polusi udara, tetapi juga mendukung target pemerintah dalam mencapai bauran energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Selain itu, pengembangan industri bioetanol dapat menggerakkan sektor pertanian. Kebutuhan bahan baku seperti tebu, singkong, jagung, dan sorgum akan memberikan nilai tambah bagi para petani lokal dan meningkatkan perekonomian di daerah pedesaan. Industri ini juga dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat yang memiliki potensi besar dalam budidaya tanaman bahan baku bioetanol.
Namun, untuk merealisasikan potensi ini, diperlukan dukungan penuh dari pemerintah berupa kebijakan yang mendukung, infrastruktur yang memadai, dan insentif bagi investor. Dengan kerjasama antara sektor publik dan swasta serta kebijakan yang tepat, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri bahan bakar nabati di tingkat regional dan global.
+ There are no comments
Add yours