Jakarta – Sejak Juli hingga saat ini ribuan warga di Desa Jonggol mengalami krisis air bersih.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid menyarankan warga Jonggol untuk membuat penampungan air hujan, sumur resapan dangkal serta membangun infrastruktur sederhana untuk menunjang konservasi tanah.
“Desa Jonggol tersebut merupakan daerah hulu dari sistem daerah aliran sungai (DAS) maupun cekungan air tanah (CAT), sehingga pada daerah ini relatif rentan terhadap ketersediaan sumber daya air, baik air permukaan maupun air tanah pada saat musim kemarau, seperti mengeringnya air sungai dan air sumur, serta berkurangnya debit mata air,” ungkap Wafid.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, secara geomorfologi, Desa Jonggol merupakan daerah perbukitan bergelombang landai dengan elevasi antara 50 hingga 150 maml. Secara geologis, daerah ini tersusun atas Satuan batu pasir tufan dan konglomerat (Qav) pada bagian atas serta Formasi Jatiluhur (Tmj) pada bagian bawah. Secara hidrologis, daerah ini merupakan bagian hulu dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cibodas yang airnya mengalir menuju DAS utama berupa aliran Sungai Cipatujah dengan arah aliran relatif ke utara.
+ There are no comments
Add yours