SURABAYA – Indeks Harga Konsumen (IHK) di DI Yogyakarta masih mengalami deflasi pada Juni 2024. Deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga komoditas pangan selama dua bulan berturut-turut. Pada bulan Juni 2024, IHK mengalami deflasi sebesar 0,25% (Month-to-Month/MtM). Penyumbang utama deflasi di DI Yogyakarta adalah kelompok makanan dan minuman, dengan penurunan tertinggi disumbangkan oleh komoditas besar sebesar -0,13% (MtM). Penurunan harga ini terjadi karena pasokan padi yang cukup baik intra provinsi maupun antar provinsi.
Komoditas bawang merah, telur ayam, dan daging ayam memberikan andil deflasi terbesar pada bulan Juni 2024. Penurunan harga telur ayam ras disebabkan oleh stabilitas pasokan dan permintaan setelah libur Lebaran. Sementara itu, penurunan harga daging ayam ras dipengaruhi oleh penurunan harga pakan ternak. Pemantauan IHK dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunungkidul untuk memberikan gambaran IHK di kawasan perkotaan dan perdesaan.
Meskipun terjadi deflasi, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga. Cabai rawit dan cabai merah mengalami kenaikan harga sebesar 0,02% dan 0,01% secara bulanan. Kenaikan ini disebabkan oleh terbatasnya pasokan komoditas tersebut setelah berakhirnya musim panen. Permintaan konsumen jelang masuknya tahun ajaran baru juga ikut meningkatkan harga seragam sekolah anak sebesar 0,01% (MtM).
Peningkatan permintaan bahan bakar rumah tangga menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul adha juga mempengaruhi peningkatan harga. Bank Indonesia (BI) optimis bahwa tingkat inflasi di DI Yogyakarta akan terjaga pada kisaran target sebesar 2,5±1%. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DI Yogyakarta juga akan menggencarkan upaya pengendalian melalui kerangka 4K, yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
+ There are no comments
Add yours