Pemasukan dan pengeluaran adalah dua aspek yang selalu hadir dalam hidup kita. Namun, percaya atau tidak, mengatur pengeluaran secara ketat bisa justru membuat kita lebih boros di masa depan.
Seorang perencana keuangan di Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa budgeting sering kali dianggap sebagai tindakan yang restriktif atau mengekang.
Pendekatan yang mengekang ini dapat berdampak negatif dalam jangka panjang. Misalnya, ketika Anda mendapatkan rezeki dalam jumlah besar, Anda mungkin akan melakukan “revenge spending” atau belanja berlebihan untuk mengimbangi keinginan yang sebelumnya dibatasi oleh budgeting.
“Psikologi finansial membahas tentang aspek-aspek keuangan yang manusiawi, seperti bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan bertindak secara finansial. Ini juga mengatur hubungan mereka dengan uang di masa lalu, sekarang, dan masa depan,” kata Preston D. Cherry, seorang psikolog finansial dan perencana keuangan bersertifikasi (CFP) di Wisconsin.
Menurut Cherry, secara psikologis, istilah “belanja” atau mengeluarkan uang lebih positif dibandingkan “budgeting”. Belanja memberikan kesan kebebasan dan fleksibilitas dalam mengelola uang Anda.
Cherry menyarankan penggunaan istilah “mengatur belanja” yang lebih tepat, sering disebut dengan strategi “Reverse Budgeting.” Kendalikan uang Anda, jangan biarkan uang mengendalikan Anda!
Strategi reverse budgeting ini mirip dengan konsep “Pay Yourself First” yang mungkin pernah Anda dengar di konten-konten finansial di media sosial.
Intinya, Anda harus membelanjakan uang terlebih dahulu untuk masa depan dan keamanan finansial Anda sebelum menggunakannya untuk kebutuhan konsumtif.
Dengan cara ini, Anda dapat menggunakan uang Anda dengan lebih leluasa untuk kebutuhan sehari-hari setelah memenuhi kewajiban finansial.
+ There are no comments
Add yours