Pelaku pasar menunggu keputusan Bank Indonesia (BI) yang digadang-gadang menjadi pemanis rupiah RI. Berdasarkan data Refinitiv rupiah 0,13% yakni Rp15.990/US$ pada Selasa (21/5/2024), kondisi ini menunjukkan pelemahan rupiah yang sejalan dengan depresiasi sebelumnya yakni 0,13%.
Penurunan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir terjadi sejalan dengan sikap hawkish yang kemungkinan masih dipegang oleh bank sentral AS, The Fed. Sebelumnya, para pejabat The Fed menyatakan ketidaksiapan mereka untuk memastikan bahwa inflasi sudah menuju target bank sentral sebesar 2%, setelah data pekan lalu menunjukkan penurunan tekanan harga konsumen pada bulan April. Beberapa di antara mereka pada hari Senin juga menyerukan kehati-hatian dalam kebijakan yang berkelanjutan.
Sementara itu, hari ini, Rabu (22/5/2024), pelaku pasar memperhatikan pengumuman suku bunga dari Bank Indonesia (BI), serta tanggapannya terhadap kondisi ekonomi makro saat ini dan prospek ke depan. Diprediksi BI akan mempertahankan suku bunga di level 6,25% untuk bulan ini, dengan suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility berturut-turut diprediksi tetap di 5,50% dan 7,00%.
Kemudian dari segi teknikal rupiah, dalam periode waktu per jam, terlihat bahwa pelemahan nilai tukar rupiah beberapa hari ini telah mengisi kesenjangan yang terjadi pada tanggal 15 Mei 2024. Jika pelemahan ini berlanjut, pelaku pasar harus waspada terhadap risiko naiknya nilai tukar menuju resistance terdekat di sekitar Rp16.030 per dolar AS, yang sejalan dengan moving average selama 200 jam atau MA 200. Namun, dalam situasi di mana terjadi pembalikan arah menuju penguatan, kita dapat memperhatikan dukungan terdekat yang mungkin akan diuji di sekitar Rp15.950 per dolar AS. Angka ini diperoleh dari garis horizontal yang berdasarkan level terendah candle intraday pada tanggal 18 Mei 2024.
+ There are no comments
Add yours