Rupiah berhasil meninggalkan level psikologis Rp16.000/US$ setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) yang sesuai ekspektasi dirilis. Indeks dolar AS (DXY) juga mengalami tekanan yang mereda.

Menurut data dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah sebesar 0,19% ke Rp15.950/US$ pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (17/5/2024). Pelemahan ini terjadi setelah rupiah mengalami penguatan selama dua hari berturut-turut sejak 15 Mei 2024. Meskipun melemah kemarin, secara mingguan rupiah masih mencatatkan apresiasi sebesar 0,56%. Kinerja positif pasar keuangan sepanjang pekan lalu didorong oleh harapan pelaku pasar akan penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), pada tahun 2024.

Harapan penurunan suku bunga ini meningkat setelah inflasi AS periode April mendingin. Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan bahwa inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,5%. Inflasi inti AS juga turun pada periode April menjadi 3,6% yoy, dibandingkan dengan Maret yang tumbuh 3,8% yoy.

Inflasi menjadi tolok ukur bagi The Fed dalam menetapkan kebijakan moneternya. The Fed menetapkan target inflasi 2% untuk lebih yakin dalam menurunkan suku bunga yang tinggi. Saat inflasi menunjukkan tren penurunan, optimisme pelaku pasar semakin meningkat.

Menurut perangkat FedWatch, kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan 18 September 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 5%-5,25%, dan sekali lagi pada pertemuan 18 Desember 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%-5%.

Selain itu, penguatan rupiah juga didorong oleh tekanan DXY yang mereda. CNBC Indonesia melaporkan bahwa DXY pada Senin (20/5/2024) pukul 07.14 WIB berada di 104,51, terkoreksi 0,78% dalam seminggu. Yield US Treasury juga mulai turun ke posisi 4,42%, dengan penurunan sekitar 1,73% dalam sepekan.

Yield obligasi acuan tenor 10 tahun Indonesia juga turun 2,44% dalam sepekan menjadi 6,80%. Ketika yield turun, ini menunjukkan harga obligasi naik, mengindikasikan bahwa investor mulai memburu instrumen ini. Secara teknikal pada basis waktu per jam, rupiah masih dalam tren penguatan. Jika berlanjut, posisi terdekat yang bisa diuji adalah Rp15.820/US$, yang merupakan low candle intraday pada 16 Mei 2024.

Namun, pelaku pasar tetap harus mengantisipasi kemungkinan pelemahan dengan memperhatikan resistance terdekat. Level psikologis Rp16.000/US$ masih menjadi resistance kuat yang mungkin diuji, dan jika ini ditembus, resistance berikutnya di Rp16.025/US$ patut diwaspadai. Resistance tersebut diperoleh dari low candle intraday 15 Mei 2024, sebelum terjadi gap down.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours