Dalam situasi ketegangan geopolitik akibat konflik di Timur Tengah, kebijakan pemerintah terkait harga gas bumi tertentu (HGBT) atau gas murah industri harus dipertimbangkan dengan hati-hati.
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengingatkan bahwa kondisi tersebut bisa memicu krisis ekonomi di Indonesia karena ketergantungan terhadap impor energi dan fluktuasi nilai tukar dolar AS yang tinggi. Meskipun ada desakan dari pengusaha untuk melanjutkan kebijakan HGBT sebagai langkah antisipasi terhadap ketegangan geopolitik global, keberlanjutan kebijakan tersebut harus dievaluasi kembali.
Josua juga menyoroti bahwa kebijakan HGBT dapat meningkatkan defisit APBN di tengah tekanan tambahan belanja subsidi pemerintah akibat naiknya impor BBM dan pelemahan nilai tukar rupiah. Selain itu, meningkatnya tensi geopolitik global juga dapat berdampak pada seluruh dunia, sehingga perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam konteks industri migas dan industri lainnya.
+ There are no comments
Add yours