Tren penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus berlanjut, bahkan melewati level psikologis di atas Rp16.200/US$. Ini merupakan penurunan terparah yang terjadi sejak April 2020.
Penurunan nilai tukar rupiah ini diyakini disebabkan oleh sikap bank sentral AS, the Federal Reserve (the Fed), yang tidak menunjukkan kecenderungan untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat. Pernyataan yang dilontarkan oleh Jerome Powell, ketua the Fed, mengindikasikan bahwa diperlukan waktu lebih lama untuk memastikan kebijakan suku bunga yang tepat. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan sebelumnya oleh para pejabat bank sentral yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga saat ini kemungkinan besar akan tetap berlaku sampai inflasi mendekati target 2%.
Data terbaru menunjukkan bahwa perekonomian AS belum mencapai tingkat inflasi yang sesuai dengan target bank sentral, yakni di kisaran 2%. Powell juga menyatakan bahwa kepercayaan terhadap pencapaian target inflasi tersebut masih memerlukan waktu yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
Dalam konteks teknis, terlihat bahwa rupiah masih berada dalam tren pelemahan, dengan potensi untuk menguji level psikologis terdekat di Rp16.300/US$. Namun demikian, jika terjadi pembalikan arah menuju penguatan, ada kemungkinan bahwa support terdekat dapat ditemukan berdasarkan garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20, yang berada di posisi sekitar Rp16.150/US$.
+ There are no comments
Add yours