Cadangan devisa (cadev) Indonesia kembali merosot menjadi US$140,4 miliar atau sekitar Rp2.230 triliun (dengan kurs Rp15.890/US$) pada Maret 2024, menandai penurunan sebesar US$3,6 miliar dari sebelumnya mencapai US$144 miliar.
Faktor-faktor yang memengaruhi penurunan ini meliputi pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan upaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. Penurunan ini juga sejalan dengan depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang turut dipengaruhi oleh menurunnya optimisme pelaku pasar terkait pemangkasan suku bunga AS tahun ini, disebabkan oleh kuatnya data ekonomi AS, termasuk inflasi yang mencapai 3,2% (year-on-year/yoy) dan tingkat pengangguran yang rendah.
Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh kondisi dalam negeri seperti tingginya permintaan dolar AS menjelang lebaran, outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan kenaikan inflasi yang disebabkan oleh volatile food. Dalam menanggapi pelemahan ini, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi pasar untuk menjaga keseimbangan supply dan demand valas.
+ There are no comments
Add yours