Harga Komoditas batu bara mengalami penurunan sepekan terakhir di tengah penilaiannya yang menjadi komoditas tangguh. Kondisi ini juga dialami komoditas kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang melemah dan terdeteksi diperdagangkan secara sideways pekan ini.
Menurut data Bloomberg pada Senin (25/3), harga batu bara berjangka kontrak April 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Jumat (22/3) melemah -0,12% atau -0,15 poin menjadi 124,50 per metrik ton. Dalam satu minggu, kontrak tersebut turun sebesar -4,30%. Sementara itu, kontrak pengiriman untuk Mei 2024 juga mengalami penurunan sebesar -0,16% atau -0,20 poin menjadi US$125,85 per metrik ton, turun sebesar -4,11% dalam sepekan. Berkat situasi ketidakamanan energi di China, batu bara telah menjadi komoditas yang stabil dan terpercaya.
Pada tahun mendatang, konsumsi batu bara di China dan India diproyeksikan mencapai lebih dari 70%. Kedua negara tersebut, bersama dengan Indonesia, akan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 59 gigawatt pada tahun 2023, dan juga merencanakan atau menghidupkan kembali proposal untuk pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 131 gigawatt (GW). Menurut Global Energy Monitor, jumlah ini menyumbang sekitar 93% dari total kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara di seluruh dunia.
Di sisi lain di Bursa Derivatif Malaysia pada April 2024 harga CPO atau minyak kelapa sawit menurun -11 poin menjadi 4.306 ringgir/metrik ton, bahkan sepekan ini menurun -0,81%. Kontrak referensi untuk bulan Juni 2024 mengalami penurunan sebesar -62 poin menjadi 4.198 ringgit per metrik ton. Hal ini mencatatkan penurunan sebesar 0,76% dalam satu minggu.
Berdasarkan sumber dari Bernama, diperkirakan bahwa perdagangan kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia Derivatives akan tetap stagnan selama minggu ini, karena pedagang masih berada dalam mode hati-hati.
+ There are no comments
Add yours