Harga batu bara melemah di tengah meningkatnya ekspor batu bara termal Indonesia. Sementara CPO kembali menguat dan menyentuh level tertinggi dalam lebih dari tujuh bulan. Level harga ini cukup krusial karena pertama kali tercapai pada 1998, lalu pada 2021, dan 7 bulan lalu.  

Harga kontrak batu bara berjangka untuk April 2024 di ICE Newcastle turun sebesar -1,49% atau -2,10 poin menjadi 139,25 per metrik ton pada perdagangan Rabu (6/3). Sementara itu, kontrak pengiriman untuk Mei 2024 juga melemah -1,63% atau -2,30 poin ke level 138,40 per metrik ton. Menurut CoalMint, ekspor batu bara termal Indonesia meningkat karena permintaan dari negara-negara Asia, didorong oleh persetujuan kuota produksi sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan listrik. Ekspor bulanan Indonesia menguat 7% menjadi 32,04 juta metrik ton pada Februari 2024, sementara secara tahunan naik 13% menjadi 32,04 juta metrik ton.

Di sisi lain, harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia untuk April 2024 menguat 96 poin menjadi 4.127 ringgit per metrik ton, dengan kontrak acuan Mei 2024 juga menguat 95 poin menjadi 4.081 ringgit per metrik ton.

 Menurut Reuters, harga minyak kelapa sawit berjangka Malaysia mencapai level tertinggi dalam lebih dari tujuh bulan pada Rabu (6/4) karena mengetatnya suplai dan optimisme pada permintaan kelapa sawit. Produksi CPO dari Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan meningkat sedikit atau menurun dari tahun lalu karena usia perkebunan yang menua dan kurangnya ekspansi.

Thomas Mielke dari Oil World memproyeksikan penurunan produksi CPO global antara Januari dan Maret 2024, sementara Paramalingam Supramaniam dari Pelindung Bestari mengatakan bahwa gambaran utama untuk minyak kelapa sawit tetap bullish dalam waktu dekat. Bulan puasa dari Maret hingga April 2024 dapat memperketat produksi. 

LSEG Commodities Research menyatakan bahwa para pedagang optimis mengenai permintaan minyak sawit selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Mata uang Ringgit Malaysia menguat 0,06% terhadap dolar AS pada Rabu (6/3), membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing menurut data Bloomberg.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours