Sejumlah negara mitra dagang Indonesia seperti Jepang dan Inggris mengalami perlambatan ekonomi hingga resesi. Lantas, apakah ini akan memberi dampak pada sektor keuangan hingga perbankan RI?
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, menyatakan keterlibatan OJK dalam pemantauan dampak resesi Jepang dan Inggris terhadap sektor keuangan Indonesia. Meskipun OJK tidak mengharapkan dampak signifikan, pihaknya tetap memantau perkembangan. OJK menilai bahwa meski terjadi ketidakpastian perekonomian global, ada penurunan divergensi pemulihan antarnegara. Pertumbuhan ekonomi yang moderat terlihat di beberapa negara, terutama Uni Eropa dan Tiongkok. OJK mencatat perlambatan pertumbuhan ekonomi telah mendorong inflasi turun mendekati target, memberikan ruang bagi bank sentral untuk kebijakan yang lebih akomodatif. OJK menuliskan dalam keterangan tertulisnya berupa “Perlambatan pertumbuhan ekonomi mendorong inflasi turun mendekati target inflasi sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif”. Di AS, The Fed merencanakan penurunan suku bunga sebesar 75 bps di 2024, dengan keyakinan bahwa ekonomi AS tetap kuat dan tidak menuju ke resesi.
Pasar keuangan global tetap memperhatikan perkembangan geopolitik, termasuk eskalasi ketegangan di Laut Merah akibat konflik Timur Tengah dan pemilihan umum di beberapa negara besar seperti AS, Uni Eropa, India, dan Taiwan, serta pemulihan ekonomi China. Sentimen positif telah mendominasi pasar sejak Desember 2023, didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga dan proyeksi pemulihan ekonomi AS. Di dalam negeri, indikator perekonomian masih menunjukkan kecenderungan positif, termasuk neraca perdagangan yang surplus, PMI manufaktur yang ekspansif, dan inflasi yang terjaga rendah. Meski demikian, perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring penurunan inflasi inti, optimisme konsumen yang menurun, serta perlambatan pertumbuhan penjualan ritel dan kendaraan bermotor.
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, menekankan bahwa ekonomi global masih akan tumbuh pada 2024 meski tidak sekuat sebelumnya, namun ada kemungkinan resesi jika terjadi perang global melibatkan negara-negara besar. Sektor industri, seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), mencatat dampak relatif kecil dari resesi Jepang dan Inggris terhadap dunia perbankan, dengan China menjadi salah satu faktor penggerak utama. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti tekanan yang dihadapi perekonomian negara maju, termasuk Jepang dan Inggris, yang terlebih dahulu mengalami resesi, dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga yang cepat di berbagai negara. G7, yang terdiri dari negara-negara maju, diproyeksikan akan mengalami pelemahan ekonomi yang signifikan.
+ There are no comments
Add yours