Resesi Jepang dan Inggris Membayangi Ekspor Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi Sulit Capai Di Atas 5%

Kinerja ekspor Indonesia mengalami tekanan berat akibat resesi yang melanda beberapa negara mitra dagang, terutama Jepang dan Inggris. Diperparah dengan pelemahan ekonomi China, situasi ini memperburuk prospek ekspor Indonesia.

Pada Januari 2024, terjadi kontraksi ekspor sebesar 8,34% dibandingkan bulan sebelumnya, bahkan menurun 8,06% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai ekspor pada bulan Januari mencapai US$20,52 miliar. Ekspor ke Jepang turut mengalami penurunan signifikan, mencapai minus 22,73% secara tahunan dan minus 9,22% secara bulanan.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Myrdal, menyatakan bahwa prospek kinerja ekspor Indonesia semakin suram dengan kondisi resesi di Jepang dan pelemahan ekonomi China. Hal ini membuat sulit bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai target di atas 5% pada tahun 2024, sebagaimana yang diharapkan oleh calon presiden pengganti Presiden Joko Widodo.

Jepang dan Inggris, sebagai dua kekuatan ekonomi dunia, telah resmi masuk dalam resesi. Jepang, yang sebelumnya merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, melaporkan kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Inggris juga mengalami kontraksi ekonomi, dengan pertumbuhan minus 0,3% di kuartal IV-2023, melanjutkan tren negatif dari periode sebelumnya. Para ekonomi memperkirakan bahwa ekonomi Inggris hanya akan tumbuh 0,1% sepanjang tahun 2023, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours