Guru Besar Ilmu Ekonomi Moneter Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Telisa Aulia Falianty mengungkapkan secara gamblang mengenai fenomena greenflation. Telisa Falianty menjelaskan dirinya pernah membahas greenflation saat pidato pengukuhannya sebagai guru besar UI pada September 2023 lalu. Dia mengatakan konsep greenflation dapat diringkas sebagai kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi sebagai konsekuensi dari transisi perekonomian menjadi perekonomian yang lebih ramah lingkungan, yaitu perekonomian net-zero.
“Greenflation tercermin di kenaikan harga beberapa komoditas. Permintaan yang kuat terhadap logam yang diperlukan untuk transisi energi terbarukan serta pasokannya yang tidak mampu memenuhi permintaan tersebut,” kata Telisa dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (23/1/2024). Ia pun menekankan, greenflation berkaitan erat dengan kenaikan harga energi. Meski bertentangan dengan perkiraan menurut laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) pada 2019 yang menyebut biaya energi terbarukan justru kini dapat lebih murah dibandingkan biaya energi fosil, terutama pada pembangkit listrik tenaga angin dan fotovoltaik surya di darat.
Pada akhirnya, dia menilai greenflation merupakan kenaikan harga akibat pajak lingkungan. Ini karena adanya integrasi antara eksternalitas negatif terhadap harga barang dan jasa, dan dengan cara tersebut dapat memengaruhi perilaku konsumen. Ia pun menekankan, transisi ke kondisi baru yang stabil tidak terjadi secara gratis, akan ada biaya yang harus dibayarkan untuk menggunakan tindakan ramah lingkungan, yang mencerminkan tujuan ganda, yaitu untuk melindungi bumi dan hak untuk menentukan nasib sendiri. Maka, ia berpendapat, untuk mengantisipasi permasalahan yang berpotensi menimbulkan greenflation diperlukan dukungan fiskal untuk melindungi masyarakat yang paling rentan.
+ There are no comments
Add yours