Sepanjang pekan depan ada banyak sentimen yang perlu dicermati pelaku pasar baik dari dalam negeri maupun global yang akan mempengaruhi gerak pasar keuangan Tanah Air, baik itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), nilai tukar rupiah, hingga surat berharga negara (SBN). Pertama, pada Senin (8/1/2023) akan ada rilis data cadangan devisa (cadev) Indonesia untuk periode akhir 2023. Cadev diproyeksi akan meningkat ke US$ 140 miliar dibandingkan November 2023 di posisi US$ 138,1 miliar. Jika Cadev Desember 2023 naik, ini akan melanjutkan kenaikan cadev selama dua bulan beruntun setelah sempat terperosok ke posisi US$ 133,1 miliar pada Oktober 2023 yang merupakan posisi terendah sejak November 2022 dan merupakan penurunan selama tujuh bulan beruntun. Proyeksi peningkatan cadev pada akhir tahun 2023 terjadi lantaran derasnya aliran asing kembali masuk ke Tanah AIr sejalan dengan meredanya ketidakpastian eksternal.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan data transaksi yang dirilis Bank Indonesia (BI) untuk periode 27-28 Desember 2023, asing tercatat masuk ke pasar keuangan Indonesia dengan melakukan beli neto sebanyak Rp 4,28 triliun. Erwin mengatakan asing tercatat melakukan beli neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN), pasar saham, maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Untuk pasar SBN, asing tercatat melakukan beli neto Rp 0,3 triliun; sementara di pasar saham, asing tercatat beli neto Rp 2 triliun, dan di SRBI beli neto Rp 1,98 triliun.
BI menyatakan, posisi cadangan devisa pada Desember 2023 akan dipengaruhi oleh penerbitan sukuk global dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan jasa. Sebagai catatan, posisi cadangan devisa pada November 2023 setara setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI juga menilai bahwa cadangan devisa masih mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Peningkatan IKK pada Desember kemungkinan besar karena ada peningkatan daya beli masyarakat lantaran seasonality natal dan tahun baru (nataru). Sebagai catatan, nilai IKK secara nasional masih menunjukkan angka di atas 100 yang berarti keyakinan konsumen masih optimis.
Beralih ke sentimen global, ada beberapa hal yang akan rilis mulai dari pertumbuhan inflasi Amerika Serikat (AS) hingga perkembangan neraca dagang AS dan China. Pertama, pada Selasa (9/1/2024) akan rilis neraca dagang dari Negeri Paman Sam untuk periode November 2023 yang diproyeksi akan mengalami defisit lebih besar mencapai US$ 65 miliar, dibandingkan defisit bulan sebelumnya sebesar US$ 64,3 miliar. Walaupun data yang keluar cenderung laggard, akan tetapi proyeksi pelebaran defisit neraca dagang ini menunjukkan semakin terkontraksi-nya perdagangan ekspor dan impor di AS.
Pada hari yang sama negeri Paman Sam masih akan merilis data terkait tenaga kerja yakni data klaim pengangguran per 6 Januari 2023 yang diproyeksi meningkat ke 210.000, dibandingkan pekan sebelumnya sebanyak 202.000 klaim. Proyeksi peningkatan klaim pengangguran ini memang berdampak buruk bagi pasar tenaga kerja, akan tetapi bagi keseluruhan ekonomi AS dan prospek inflasi ini berdampak positif lantaran semakin mendukung kondisi pasar tenaga mendingin yang memicu inflasi melandai. Dampaknya, bisa ke kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang diproyeksi semakin melunak.
Beralih ke negeri Sang Naga Asia, pada pekan depan akan merilis sejumlah data mulai dari inflasi hingga neraca dagang-nya, sekaligus perdagangan ekspor dan impor. Rilis data ekonomi Tiongkok ini sangat penting dicermati pelaku pasar, pasalnya China merupakan penopang ekonomi ASEAN, serta mitra dagang ekspor dan impor terbesar RI.
Deflasi yang terjadi di China ini juga menyebabkan prospek perdagangan ekspor-impor terganggu. Untuk impor China pada Desember 2023 yang akan rilis pada Jumat diperkirakan masih akan terkontraksi sebesar -0,5% yoy, menurut penghimpun data Trading Economics. Neraca perdagangan China di akhir tahun 2023 diperkirakan bisa membaik atau meningkat ke US$ 76 miliar, dibandingkan bulan November 2023 sebesar US$ 68,39 miliar.
+ There are no comments
Add yours