Ancaman “kiamat” beras menjadi salah satu berita terpopuler di 2023. Hal ini disebabkan oleh India. Negara itu melarang ekspor beras non-basmati hingga 80%. Padahal, India sendiri adalah pemasok beras utama dunia, lebin dari 40%.
Mengutip Independent, pemberitaan ini bermula dari laporan Bloomberg. Sumber menyebutkan pemerintah Perdana Menteri (PM) Narendra Modi melakukan itu guna membatasi risiko inflasi yang meningkat.
Wacana larangan ekspor beras muncul di tengah kekhawatiran global atas dampak fenomena cuaca El Nino yang mengganggu pada pertanian, yang semakin menambah tekanan pada harga. Peristiwa cuaca siklik di Samudra Pasifik diketahui meningkatkan panas dan dapat memicu cuaca ekstrim. India pun telah bergulat dengan gelombang panas berulang dan musim hujan yang tidak menentu, berdampak pada produksi pertanian. Kekeringan yang lebih panjang dan musim hujan yang lebih lebat pasalnya berdampak buruk pada produksi tanaman.
Beras berfungsi sebagai makanan pokok bagi sekitar setengah dari populasi dunia. Asia saja menyumbang sekitar 90% dari konsumsi beras dunia.
Sementara itu, larangan India ini menyebabkan sejumlah kelangkaan di sejumlah negara. Salah satunya Inggris, yang mengimpor senilai 127 juta pound atau setara Rp 2,5 triliun.
“Seiring dampak yang semakin parah, maka kelangkaan akan menaikkan harga makanan pokok yang kita impor dari luar negeri, yang tidak bisa kita tanam di sini saja,” kata Gareth Redmond-King dari Unit Kecerdasan Energi dan Iklim yang berbasis di London.
Selama akhir pekan, fenomena ini terlihat di toko-toko di Dallas-Fort Worth di mana pelanggan dilaporkan mengosongkan rak dan menunggu dalam antrean panjang untuk menimbun beras.
“Mereka sangat ingin membeli sepuluh, 12, 15 tas,” kata Anand Pabari, pemilik India Bazaar, toko kelontong Asia Selatan di sana.
“Itu adalah situasi yang benar-benar gila,” ujarnya lagi.
+ There are no comments
Add yours