Mata uang Garuda dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) tak terlalu banyak perubahan setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan kembali menahan suku bunga di penghujung tahun ini. Melansir dari Refinitiv, sepanjang perdagangan kemarin, Kamis (21/12/2023) rupiah ditutup di posisi Rp15.520/US$ atau melemah tipis 0,1%. Pelemahan ini selaras dengan depresiasi yang terjadi sehari sebelumnya pada Rabu (20/12/2023) yakni sebesar 0,03%.
Kendati rupiah melemah kemarin, akan tetapi pergerakan selama beberapa hari ini cenderung sideways atau stagnan. Rupiah yang bergerak stagnan ini sebenarnya baik bagi pasar karena dinilai stabil. Stabilnya rupiah terjadi lantaran ketidakpastian global yang kian mereda, salah satunya disebabkan oleh posisi suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR) yang dinilai sudah mencapai puncak atau terminal rate.
“Dengan perkembangan itu kita melihat ketidakpastian pasar keuangan global sudah mulai mereda. Belum rendah banget tapi tidak akan memburuk,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/12/2023).
Di sisi lain, Perry menekankan, nilai tukar Rupiah pada 20 Desember 2023 juga tercatat menguat secara rata-rata sebesar 0,44% dibandingkan dengan perkembangan pada November 2023. Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar Rupiah menguat 0,37% dibandingkan dengan level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand yang masing-masing tercatat melemah sebesar 0,05%, 0,53%, dan 0,85%.
Untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, Perry mengungkapkan, RDG Desember juga memastikan berbagai langkah tambahan, di antaranya stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder
+ There are no comments
Add yours