Banyak Negara Mulai Buang Dolar Ditengah Gejala Global

Banyak negara yang mulai ‘membuang’ alias mengurangi penggunaan dolar AS du tengah gejolak ekonomi global yang dihantui perang, inflasi serta tingginya suku bunga.

Fenomena ini disebut dedolarisasi. Keperkasaan dolar AS yang sudah berlangsung sejak 1920an atau lebih dari 100 tahun pun terancam karena banyak negara yang ingin terlepas dari “penjajahan” greenback. Alhasil, peredaran dolar AS di dunia pun berkurang.

Per akhir 2022, cadangan devisa di seluruh dunia menyentuh US$ 11,09 triliun. Dari jumlah tersebut, mata uang berdenominasi dolar AS mencapai US$ 6,47 triliun. Di bawah dolar AS terdapat euro dengan share sebesar 20,47% kemudian menyusul yen Jepang (5,51%) dan poundsterling (4,95%).

Berikut ini daftar negara yang tercatat telah dan akan meninggalkan dolar AS:

China & Brasil

Dari penelusuran CNBC Indonesia, China adalah negara yang paling ambisius menjadikan mata uang mereka sendiri, renminbi, untuk menggeser dolar AS dari tahtanya.

Tidak hanya melalui sektor perdagangan, China juga berambisi meningkatkan share renminbi dalam cadangan devisa dunia melalui program investasi ambisius mereka The Belt and Road Initiative.

Negara Tirai Bambu ini juga mengurangi kepemilikan mereka di surat utang pemerintah AS (US Treasury). Kepemilikan China atas US Treasury pada Januari 2023 tercatat US$ 859,4 miliar, terendah sejak Mei 2009.

India-Malaysia-UEA

Lebih lanjut, India telah mengeluarkan kebijakan baru untuk semakin meningkatkan penggunaan rupee dalam perdagangan mereka sejak April 2023. Salah satunya dengan Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA).

India pun menjalin kesepakatan dengan Malaysia untuk menggunakan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan. Hal sama juga terjadi ke Uni Emirat Arab (UEA), untuk menggunakan mata uang lokal rupee dan dirham, sebagai pembayaran perdagangan non-minyak mentah.

Eropa

Dedolarisasi di Eropa sudah lama merebak. Berdasarkan data Atlantic Council yang mengutip data dari bank sentral AS (Federal Reserve/The) pada periode 1999-2019, penggunaan dolar AS memang sedikit di kawasan ini. Di Eropa, menurut Atlantic Council, hanya 23,1% saja yang menggunakan Greenback.

Hal ini tak lain karena penggunaan euro. Eropa memiliki mata yang tunggal euro yang digunakan oleh perdagangannya, ekspor dan impor, pinga 66,1%.

ASEAN

Sebanyak 10 negara anggota ASEAN sepakat untuk mengurangi penggunaan dolar AS dengan melakukan kerja sama transaksi pembayaran lintas batas dengan menggunakan mata uang lokal atau disebut dengan local currency transaction (LCT).

Lima negara ASEAN, yakni Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina telah meneken kerjasama transaksi pembayaran lintas batas sejak November 2022, di tengah pelaksanaan KTT G20 Indonesia.

BRICS

Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan semakin mematangkan persiapan dalam menciptakan alat pembayaran baru. Proses ini dibuat berdasarkan strategi pengurangan total mata uang dolar atau euro.

Hal tersebut diutarakan anggota parlemen Rusia Alexander Babakov saat berkunjung ke India. Dikutip dari media India, Livemint, Kamis (6/3/2023), sebuah laporan mengindikasikan bahwa mata uang baru akan diamankan dengan emas dan komoditas lain termasuk elemen tanah jarang.

Sayangnya, detil rencana ini belum diungkap jelas. Babakov sendiri mengatakan bakal ada pembahasan lagi di KTT BRICS Agustus 2023.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours