Tren koreksi harga yang sempat mendera saham PT Telkom Indonesia Persero Tbk (TLKM) hingga pertengahan November lalu tak dilewatkan begitu saja oleh investor. Memasuki musim window dressing, pelaku pasar khususnya investor asing menyantap dengan lahap barang di pasar reguler. Alhasil, banjir minat itu pun berbuntut pada penguatan harga alias rebound emiten telekomunikasi pelat merah ini dalam sebulan terakhir.
Minat belanja investor asing menjadi dinamo pendorong penguatan tersebut. Buktinya, seturut data broker, nilai beli bersih alias net buy yang dibukukan investor asing sepanjang sebulan terakhir mencapai Rp1,1 triliun. Catatan tersebut bahkan sukses menempatkan TLKM menjadi saham big caps yang baling diborong asing sebulan terakhir. Di antara 10 emiten dengan kapitalisasi pasar tertinggi di bursa hingga Rabu (13/12), TLKM menduduki posisi puncak dengan catatan net buy investor asing Rp1,1 triliun. Nilai itu mengungguli nama-nama emiten raksasa lain. Misalnya PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BBRI) dengan net buy Rp894,8 miliar, PT Astra International Tbk (ASII) dengan Rp381,2 miliar, serta PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk senilai Rp335,8 miliar sebulan terakhir.
Harga saham TLKM telah merepresentasikan tren harga berbalik secara tahun berjalan alias year-to-date (ytd). Tepatnya semula downtrend, kini menjadi uptrend 4,53% dari posisi awal tahun Rp3.750 per saham. Namun, bukan berarti sudah tak ada ruang untuk berlanjutnya kenaikan. Kalangan analis masih berproyeksi positif, terlihat dari rating buy yang disematkan 38 dari 40 analis dalam konsensus Terminal Bloomberg. Target harga rata-rata yang dipatok konsensus pun tidak main-main, menyentuh Rp4.655 per saham dalam kurun 12 bulan. Analis Samuel Sekuritas Jonathan Guyadi dan Brandon Boedhiman, misalnya, memasang rating overweight lantaran TLKM masih merupakan top pick mereka untuk sektor telekomunikasi.
Jonathan dan Brandon mengatakan “Termasuk Telkomsel, yang meningkatkan yield data efektifnya dengan mengurangi bonus, terutama pada paket internet Max, baik bonus kuota lokal maupun bonus lainnya, serta menaikkan harga 7,12%,”.
Sebagai konteks, sepanjang 9 bulan awal 2023 TLKM membukukan pertumbuhan pendapatan 2,17% year-on-year (yoy). Tepatnya dari posisi Rp108,8 triliun ke level Rp111,23 triliun. Perseroan, di saat yang sama, mencatat laba yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk Rp19,4 triliun. Angka ini merefleksikan tren penguatan 17,6% yoy, tepatnya dari rapor Rp16,5 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnnya.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengatakan, “Tentunya untuk hasil yang lebih besar membutuhkan proses dan waktu, namun kami optimis langkah transformasi ini akan memberikan output yang baik untuk keberlangsungan perusahaan nantinya,”.
Di luar bisnis jasa internet yang jadi tulang punggung bisnis, saat ini TLKM juga tengah mencoba menggodok berbagai rencana bisnis tambahan. Mulai dari peningkatan monetisasi bisnis infrastruktur lewat pendirian InfraCo, hingga upaya untuk terus merajut peruntungan pada bisnis data center. TLKM optimistis data center mereka akan memiliki kapasitas lebih dari 1.256MW pada 2031. Direktur Strategic Portfolio Telkom Indonesia Budi Setiawan memprediksi juga memprediksi CAGR data center Telkom akan bertumbuh 33% hingga 2031. Rudi mengatakan, “Untuk itu kita di Telkom terus mengembangkan data center kita, di dalam negeri maupun di luar negeri.”
+ There are no comments
Add yours