Ekonomi Indonesia Tunjukkan Performa Positif Tumbuh Di Atas 5%

Kinerja ekonomi Indonesia masih mencatatkan performa positif. Presiden Joko Widodo atau Jokowi pernah mengaku bangga karena pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga di kisaran 5% secara beruntun sejak kuartal IV-2021 sebesar 5,02% hingga kuartal II-2023 sebesar 5,17%. Inflasi juga dianggap tetap berada di level yang terjaga. Namun, kondisi ekonomi yang diklaim pemerintah sangat baik itu nampaknya tidak dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Gaji yang stagnan dan harga kebutuhan pokok yang merangkak naik membuat sebagian warga RI terpaksa menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan harian.

Hal itulah yang dialami oleh Fikri, warga Jakarta berusia 29 tahun yang bekerja sebagai satuan pengaman. Dia menceritakan dalam tiga bulan ini terpaksa mengambil tabungannya untuk menyambung hidup di akhir bulan. “Satu bulan paling enggak Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu (makan tabungan),” kata dia, dikutip Selasa (5/11/2023). Setiap kali mengambil tabungannya, Fikri akan menambal jumlah tabungan yang tersedot itu ketika gajian. Dia bilang tindakan seperti gali lubang tutup lubang harus disetop. Maka itu, selama satu bulan ini dia memilih untuk mengambil pekerjaan sambilan sebagai pengendara ojek. “Setiap libur saya cari tambahan dari ngojek, lumayan dua hari bisa dapat Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu,” kata dia.

Kondisi tabungan masyarakat RI yang sedang tidak baik-baik saja tercermin dalam survei yang dilakukan Bank Indonesia pada Oktober 2023. Data Survei Konsumen dari Bank Indonesia per Oktober 2023 menunjukkan banyak warga Indonesia yang harus menggunakan tabungannya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. BI mencatat rasio tabungan terhadap pendapatan per Oktober 2023 turun jauh dibandingkan posisi sebelum pandemi Covid-19 atau Oktober 2019.

Direktur Eksekutif Center of Reform Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai data yang dirilis Bank Indonesia tentang tabungan menunjukkan terjadi fenomena masyarakat menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup harian. Dia menduga ada penurunan pendapatan, sehingga porsi tabungan harus diambil untuk menutupi kebutuhan.

“Konsumsi ini ada primer sampai tersier. Primer ini tidak bisa dikurangi, jadi kalau kurang mau tidak mau harus ambil dari tabungan,” kata dia.

Ekonom senior Indonesia, Chatib Basri, mengatakan fenomena makan tabungan erat kaitannya dengan inflasi. Dia mengatakan pemerintah dan BI memang berhasil membuat inflasi tetap terjaga, tetapi upaya tersebut juga akan berimbas pada daya beli.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours