Definisi masyarakat yang masuk kategori ‘makan tabungan’ dapat dibagi menjadi dua jenis. Pertama adalah mereka yang benar-benar menggunakan sebagian tabungannya untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Sementara yang kedua adalah masyarakat yang kemampuannya dalam menyisihkan gaji untuk ditabung menurun. Dengan, kata lain, orang tersebut tidak bisa lagi menabung sebesar seperti sebelumnya.
“Jadi bukan hanya seberapa sering dan banyak dia ambil tabungannya, tapi seberapa persentase yang mereka bisa tabung,” kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Mohammad Faisal ketika dihubungi, (5/12/2023).
Faisal mengatakan kedua jenis warga ini sama-sama bisa disebut ‘makan tabungan’ sebab pertumbuhan nilai tabungan kedua jenis warga itu sama-sama melemah. “Jadi artinya kecepatan mereka mengambil tabungan lebih tinggi dibandingkan mengisi tabungan atau menyisihkan gaji untuk ditabung,” kata dia. Pada bulan Oktober lalu, rasio simpanan terhadap pendapatan masyarakat Indonesia sebesar 15,7%. Sementara pengeluaran dan pembayaran cicilan, masing-masing 76,3% dan 8,8%. Padahal, pada survei November 2019, rasio simpanan terhadap pengeluaran masyarakat di Tanah Air masih jauh lebih besar, yakni 19,8%. Pasalnya pengeluaran dan pembayaran cicilan pada periode itu sebesar 68% dan 12,2%.
Berdasarkan data BI, kelompok masyarakat dengan pendapatan Rp 4,1 juta hingga Rp 5 juta mengalami penurunan rasio simpanan terhadap pendapatan paling dalam atau sebesar 460 basis poin (bps). Kemudian disusul oleh kelompok pendapatan Rp 2,1 juta hingga Rp 3 juta, yakni merosot 400 bps. Faisal mengatakan fenomena makan tabungan lebih disebabkan oleh kenaikan harga yang menyebabkan daya beli masyarakat melemah. Daya beli masyarakat melemah karena kenaikan harga tersebut lebih cepat terjadi dibandingkan kenaikan tingkat upah.
Dia mengatakan kenaikan bahan pokok seperti beras menjadi pemicu utama kenaikan harga. Ketika bahan pangan melonjak, maka masyarakat golongan menengah ke bawah yang paling menjadi korban makan tabungan. Sebab, sebagian besar pendapatan mereka habis untuk membeli makanan. “Kalangan bawah sangat rentan terhadap inflasi pangan,” kata dia.
+ There are no comments
Add yours