PESTA AKBAR KAMPANYE DIMULAI, EKONOMI RI UNTUNG ATAU BUNTUNG

Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Senin (27/11/2023) kemarin secara mayoritas menguat, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah ditutup menguat, sedangkan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) melanjutkan kenaikan.Pasar keuangan Indonesia hari ini diharapkan tetap mencatatkan kierja positif di tengah mulai panasnya suhu politik. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 dan 4 artikel ini. IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (27/11/2023), ditutup naik tipis 0,05% ke posisi 7.013,306. IHSG masih bertahan di level psikologis 7.000 pada hari ini.Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 10 triliun, dengan melibatkan 19 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 271 saham naik, 248 saham turun, dan 247 saham lainnya stagnan.Investor asing kembali mencatatkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 831,18 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin, dengan rincian sebesar Rp 688,43 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 142,75 miliar di pasar tunai dan negosiasi.Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, hanya dua indeks saham yang berhasil menguat kemarin, yakni IHSG dan PSE Filipina.Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15,490/US$ di pasar spot, menguat 0,45% di hadapan dolar AS.Sedangkan mayoritas mata uang Asia juga menguat, kecuali peso Filipina, yuan China, dan rupee India.Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Senin kemarin.

Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali naik. Kondisi ini menandai investor tengah melepas SBN.Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 1,5 basis poin (bp) menjadi 6,895%.Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.Rupiah dan IHSG yang menguat terjadi di tengah masih derasnya aliran dana investor asing yang masuk kedalam pasar keuangan RI.BI khususnya telah menunjukkan bahwa data transaksi 20 – 23 November 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp7,03 triliun (beli neto Rp 1,59 triliun di pasar SBN, beli neto Rp 0,30 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 5,13 triliun di SRBI).Sementara pada pekan ketiga November 2023, capital inflow pun terjadi dari asing dengan total Rp 7,33 triliun. Penguatan rupiah ini juga tak lepas dari depresiasi yang terjadi pada dolar AS khususnya hingga sore kemarin.Pelemahan terjadi secara beruntun bahkan saat ini menyentuh ke angka 103,27. Selama bulan November, DXY tercatat telah turun lebih dari 3%. Hal ini didorong akibat sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang tampak mulai less hawkish atau cenderung dovish.Alhasil, para pelaku pasar melalui perangkat CME Fedwatch menunjukkan 96,8% kemungkinan besar The Fed tidak akan lagi menaikkan suku bunganya atau dengan kata lain, posisi saat ini dengan suku bunga 5,25-5,5% merupakan terminal rate.

Bahkan, cut rate diekspektasikan akan terjadi antara Mei atau Juni 2024 sebanyak 25 basis poin (bp) dan menjadi 5-5,25%.Sebagai informasi, di sisi domestik, Bank Indonesia (BI) diketahui mempertahankan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate (BI-7DRR), sebagai hasil rapat dewan gubernur pada 22-23 November 2023. BI rate dipertahankan di level 6%, sama seperti level saat kenaikan bulan lalu sebesar 25 bp pada 19 Oktober 2023.Lebih lanjut, hasil rilis BI pagi ini perihal uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2023 tercatat tumbuh tipis 3,4%.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours