Secara historis sentimen kampanye politik memang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi yang dampaknya juga baik ke mayoritas sektor sehingga bisa memberikan gairah bagi harga saham. Namun, ada juga beberapa sektor yang tak terlalu diuntungkan dari gelaran kampanye. Apa saja itu? Gelaran kampanye biasanya akan mengganggu kondusivitas pengguna jalan. Pasalnya, seluruh partai politik secara serentak akan terjun ke jalan raya untuk meramaikan pesta demokrasi. Kondusivitas pengguna jalan yang terganggu akibat kemacetan potensi menjadi risiko bagi sektor transportasi. Terutama bagi transportasi yang tak memiliki jalur khusus seperti busway, kereta, dan lain-lain
Transportasi darat yang menggunakan jalan umum seperti taxi, ojek, bus, dan metromini milik pribadi tentu akan mendapatkan risiko lebih tinggi. Beberapa emiten yang menjalankan bisnis transportasi antara lain PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Weha Transportasi Indonesia Tbk (WEHA), dan PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA). Kendati begitu, dampak kampanye dianggap lebih pada jangka pendek dan perlu dicatat juga bahwa transportasi pribadi bisa juga dapat keuntungan apabila disewa sebagai angkutan untuk meramaikan kampanye.
Pada lain hal di Sektor Batubara, pada dasarnya kampanye tak secara langsung menjadi risiko bagi sektor tersebut, akan tetapi sektor energi yang bersumber dari fosil ini kerap kali menjadi perbincangan alot. Pasalnya, dampaknya yang tak ramah pada lingkungan tetapi pembangkit listrik mayoritas masih disuplai dari energi ini. Topik Environment, Social, and Governance (ESG) yang terus digaungkan ketika kampanye tentu menjadi hal yang berlawanan bagi kelangsungan bisnis sektor batubara. Tema ESG juga terus dikaitkan dalam visi dan misi dari capres dan cawapres yang kini ramai berkampanye.
Sebagai contoh, paslon Anies Baswedan – Muhaimin (Cak Imin) dalam visi misinya menyatakan akan melaksanakan program “Indonesia Menuju EBT” melalui diversifikasi energi, termasuk bioenergi, panas bumi, air terjun, angin, hidrogen, dan tenaga surya, dengan dukungan pemerintah dari sisi pembiayaan maupun pemetaan potensi, serta dengan memaksimalkan transfer teknologi. Dengan peningkatan EBT ke depan tentu porsi penggunaan batubara akan menyusut. Penurunan permintaan tentu akan berimplikasi pada harga batubara semakin melandai.
+ There are no comments
Add yours