Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di industri pengolahan mengalami perlambatan secara tahunan. Padahal, pertumbuhan kinerja sektor manufaktur ini mencapai 5,20% pada triwulan III/2023, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 4,94%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan masuk dalam 3 lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja terbanyak yakni 13,83% dari jumlah penduduk bekerja 139,85 juta orang pada Agustus 2023.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohamad Faisal, mengatakan penciptaan lapangan pekerjaan di industri pengolahan memang masih tumbuh. Namun, tetap dibutuhkan lebih banyak dan spesifik. Faisal menuturkan, pelaku usaha semakin mencemaskan dampak dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS apabila terjadi hingga akhir tahun. Pasalnya, hal tersebut dapat berdampak pada margin keuntungan yang tipis, penutupan pabrik, hingga gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Kalau itu terjadi berarti kan ada gelombang PHK dan tetap saja industri padat karya seperti tekstil, alas kaki, yang sangat rentan terhadap kenaikan tingkat upah, dan juga banyak bergantung pada pasar global, nah ini akan rentan dan masih akan mengalami PHK,” kata Faisal. Menurut Faisal, bagi beberapa subsektor industri manufaktur yang memiliki margin keuntungan rendah dan terdapat permasalahan dalam pemasaran maka akan sangat rentan untuk melakukan PHK. “Bantuan efisiensi untuk menekan biaya produksi harus diupayakan supaya meminimalisir risiko PHK,” pungkasnya.
+ There are no comments
Add yours