Ekonom melihat adanya potensi Indonesia sulit mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7% untuk menggapai cita-cita menjadi negara maju atau high income country (HIC) pada 2045. Merujuk dokumen milik Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Unieversitas Indonesia, White Paper bertajuk Dari LPEM bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat 2024-2029, tak ada negara yang mampu tumbuh hingga 7% usai masuk menjadi upper middle income country (UMIC).
“Semakin berkembang perekonomian maka pertumbuhan ekonomi 5%- 7% sangat sulit dicapai, dengan skenario pertumbuhan yang berbeda-beda tiap-tiap periode maka Indonesia tidak akan mencapai HIC pada 2045,” ujar Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis UI Teguh Dartanto sebagai salah satu penulis White Paper, dikutip Selasa (7/11/2023).
Teguh menjelaskan, pengalaman negara lain di mana rata-rata pertumbuhan pendapatan sejak pertama kali melewati batas UMIC sampai 2022, adalah 6,7% di China, 2,18% di Thailand, 2,94% di Malaysia, 4,59% di Korea Selatan, dan 1,13% di Brasil. Lebih lanjut, Teguh melihat kondisi sosial ekonomi Indonesia saat ini jauh berbeda dengan kondisi negara-negara lain ketika memiliki pendapatan per-kapita yang sama dengan Indonesia saat menjadi UMIC, yang per 2022 senilai US$4.580. Sebagai contoh, PDB per kapita Korea Selatan pada 1988 yang senilai US$4.520 atau tumbuh sebesar 12%, Cina pada 2010 sebesar 10,6%. Negara tetangga yakni Malaysia pada 2004 mencapai 6,8% dan Thailand pada 2010 sebesar 7,5%.
Teguh juga menemukan bahwa kemajuan ekonomi negara-negara tersebut, kecuali Brasil, ditopang oleh sektor manufaktur di mana kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB sebesar 28% (Korea Selatan), 30% (Malaysia), 32% (China). Sementara saat ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor manufaktur atau industri pengolahan memang menjadi yang utama, namun baru tercatat sebesar 18,32% pada 2022.
+ There are no comments
Add yours