Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah hingga mendekati Rp16.000 per dolar AS tidak lepas dari situasi di Amerika Serikat. Beliau mengatakan inflasi di AS masih cukup tinggi. Bank sentral AS The Fed, meresponsnya dengan memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga acuan akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama, atau bahkan lebih lama. Situasi ini menyebabkan aliran modal kembali ke Amerika Serikat. “Ini yang menyebabkan banyak terjadinya capital flowing back ke AS, menyebabkan dolar index menguat di 106. Pak Gubernur (Bank Indonesia) sebelumnya mengatakan di 93, berarti dolar AS itu kuat secara global,” ujarnya di Istana Kepresidenan, pada Senin (23/10).
Untuk memenuhi kondisi tersebut, bendahara negara mengatakan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan melakukan sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter. Dengan begitu, jika penyebab pelemahan nilai tukar rupiah berasal dari negara lain seperti Amerika Serikat, maka dampaknya bisa diminimalisir. Nilai tukar rupiah belakangan ini terus melemah mendekati Rp16.000. Pada awal pekan, rupiah ditutup pada Rp15.933 per dolar AS. Mata uang Garuda melemah 61 poin atau melemah 0,38% dibandingkan perdagangan sebelumnya. Senada dengan patokan Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Dollar Spot Rate (Jisdor) membuat rupiah melemah di level Rp15.943 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
+ There are no comments
Add yours