Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-day reverse repo rate (BI7DRRR) naik menjadi 6%. Kenaikan ini didorong oleh faktor perubahan ekonomi global yang semakin cepat dan tidak bisa ditebak. “Dinamika global sangat cepat dan very unpredictable. RDG bulan lalu kami sampaikan dengan informasi terbaru pada saat itu tapi kemudian perubahan cepat,” ujar Perry dalam RDG BI, Kamis (20/10/2023).
Menurut Perry, ada lima perubahan yang menjadi sorotan saat ini. Bahkan perubahan ini telah diakui oleh banyak negara yang hadir dalam Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2023 di Maroko. Pertama pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dari perkiraan awal 2.9% menjadi 2,8%. Di samping adanya divergensi pertumbuhan antar negara yang semakin melebar. Maka dari itu, seluruh dunia memang harus mendorong permintaan domestik supaya pertumbuhan ekonomi masih tinggi.
Kedua adalah meningkatnya tensi ketegangan geopolitik. Implikasinya paling nyata sudah terlihat pada harga minyak bumi dan pangan. Perry melihat kondisi ini akan memperlambat penurunan inflasi di banyak negara. Ketiga, suku bunga acuan AS fed fund rate akan tinggi dalam waktu yang lama. Perry juga melihat akan ada kenaikan suku bunga acuan AS pada Desember 2023.
Keempat, Perry menjelaskan kenaikan suku bunga acuan tidak hanya di jangka pendek tapi kebijakan moneter menaikkan suku bunga global jangka pendek. Sehingga US treasury sekarang naik. “Jadi term higher for longer akan lebih tinggi untuk yield suku bunga obligasi pemerintah dari negara-negara maju,” imbuhnya. Kelima adalah dampaknya, di mana dolar AS begitu perkasa dan melemahkan mata uang banyak negara di dunia, termasuk rupiah. Perry pun mengakui penyebab rupiah terus melemah beberapa hari terakhir. Menurutnya, kondisi ini tidak terlepas dari kecenderungan perilaku pasar keuangan ataupun investor yang lebih memilih memegang uang kertas dolar alias fenomena cash is the king.
+ There are no comments
Add yours