Miris! Tak Peduli Investasi, 61,7 % Anak Muda Tidak Punya Dana Darurat

Anak muda dilaporkan tidak memiliki dana darurat sekitar 61,7%. Artinya, hanya 38,3 % generasi muda yang punya dana darurat. AWP Asesor kompetensi LSP Pasar Modal Gelombang Suwito sekaligus CEO PT Jooara Rencana Keuangan mengatakan kemudahan sistem pembayaran seperti “buy now pay later”, serta iklan-iklan diskon di media sosial ini, apabila tidak dibarengi kemampuan anak muda dalam mengatur cash flow membuat anak muda tidak terlalu mempedulikan investasi untuk kebutuhan mendatang. Dihimbau sejak 2011 data soal anak muda yang tidak punya dana darurat ini hingga 2021. Eksposur media sosial dan kemudahan dalam berbelanja ini berdampak signifikan pada perilaku boros anak muda,” ujarnya dalam agenda BluAcademy di Jakarta, Selasa (17/10/2023). Hal ini pun diperkuat berdasarkan survei terbuka yang dilakukan oleh blu by BCA Digital pada Agustus 2023 menemukan bahwa sebagian besar dari responden berusia 18 hingga 34 tahun. Sekitar 61%, anak muda mengaku telah mengerti atau akrab dengan konsep-konsep dasar dalam manajemen keuangan. Sayangnya, mayoritas dari mereka menghadapi kesulitan dalam menerapkan praktik pengelolaan keuangan yang efektif. Selain itu, survei tersebut juga menunjukkan bahwa 34% dari responden masih belum memahami bagaimana cara mengatur keuangan mereka secara efektif.

Gembong menilai untuk bisa memiliki dana darurat, penting untuk memiliki motivasi utama dalam mengelola keuangan dengan prinsip SMART, yaitu (S)pecific, (M)easurable, (A)chievable, (R)elevant dan (T)ime-bound. Di mana, dalam dalam menetapkan tujuan keuangan haruslah spesifik yang terukur. Misal, membeli rumah di suatu lokasi, dengan luas tanah tertentu dalam kurun waktu 2 ataupun 5 tahun ke depan. Selanjutnya, pastikan upaya untuk mencapai tujuan keuanganan itu terukur dengan menetapkan besarnya uang dan waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan keuangan itu. Misalnya dengan mempertanyakan berapa jumlah uang yang dibutuhkan dan butuh berapa lama untuk mengumpulkannya. Dalam poin ketiga yaitu achievable, Gembong mengatakan tiap individu harus menurunkan tujuan keuangan menjadi rencana kerja atau action plan. Rencana kerja ini akan meliputi langkah-langkah konkret yang terjangkau ini bisa dilakukan demi tujuan keuangan, ucapnya. Lebih lanjut penting untuk memastikan tujuan keuangan itu merupakan hal yang penting, ini dilakukan untuk menghindari perasaan ragu. Terakhir adalah time-bound, yakni menentukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan keuangan saat ini. ” Apakah jangka pendek, menengah atau jangaka panjang? Berapa lama tujuan keuangan jangka pendek? Apakah 1 sampai dengan 3 tahun? Bagaimana dengan jangka panjang? Apakah 5 sampai dengan 10 tahun? ” ujarnya.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours