Diperikirakan menurun, penerbitan surat utang atau obligasi mengalami penurunan pada sisa 2023 dibandingkan dengan realisasi tahun lalu. Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, menurunnya jumlah penerbitan surat utang pada semester II/2023 tak terlepas dari dampak keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) untuk kembali menahan suku bunga acuannya di level 5,25 persen-5,5 persen. Langkah The Fed untuk menahan suku bunga di level yang cukup tinggi itu diprediksi akan berpengaruh pada kenaikan biaya dana cost of fund.
Kondisi ini pun pada akhirnya mendorong Samuel Sekuritas untuk lebih berfokus membawa perusahaan melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham, dibandingkan dengan langkah untuk menerbitkan surat utang. Adapun, Lionel menyampaikan bahwa pihaknya belum akan menjadi penjamin emisi obligasi korporasi hingga penghujung tahun 2023.
Macro Strategist Samuel Sekuritas itu menilai bahwa penerbitan obligasi korporasi berpeluang untuk kembali semarak pada 2024 dan 2025, jika saja The Fed dan Bank Indonesia (BI) pada akhirnya memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya masing-masing. Sementara itu, berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), angka jatuh tempo obligasi korporasi akan memuncak pada September 2023 dengan nilai mencapai Rp19,28 triliun.
Downside factor lainnya datang dari strategi front loading 2022 yang mendorong perusahaan menerbitkan surat utang pada tahun lalu untuk mendapatkan bunga rendah, terutama saat semester pertama. Karenanya, insentif untuk penerbitan pada tahun ini cenderung berkurang. Momentum masa kampanye dan Pemilu 2024 turut mempengaruhi keputusan korporasi untuk menerbitkan obligasi. Ahmad menilai pasar masih menantikan arah kebijakan kepemimpinan yang baru dan masa tunggu ini cenderung diiringi dengan ketidakpastian yang tinggi.
+ There are no comments
Add yours