Nilai tukar rupiah jatuh dihadapan dolar AS akibat dari ketidakpastian global yang meningkat, serta ada efek dari penarikan dividen yang memicu aliran dana keluar. Pelemahan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini disinyalir akibat ketidakpastian global terutama dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang potensi masih lanjut hawkish, serta ada efek penarikan dividen. Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto menerangkan bahwa pelaku pasar masih merasakan ketidakpastian atas kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (Fed). Suku bunga acuan AS dinilai masih berpotensi naik satu kali sampai akhir tahun. Hal ini The Fed lakukan untuk memenuhi target inflasi AS yakni 2%. Untuk diketahui, AS mencatatkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.
Sementara itu dari dalam negeri, ada aktivitas repatriasi dividen dari sederet perusahaan. Edi menuturkan nilainya lebih besar dibandingkan dengan bulan sebelumnya, meski lebih rendah dari Mei 2023. Sementara itu dari dalam negeri, ada aktivitas repatriasi dividen dari sederet perusahaan. Edi menuturkan nilainya lebih besar dibandingkan dengan bulan sebelumnya, meski lebih rendah dari Mei 2023. Bank Indonesia (BI) menyatakan pelemahan ini terjadi sementara. Fundamental ekonomi dalam negeri yang semakin membaik akan mendorong penguatan rupiah ke depannya.
+ There are no comments
Add yours