Rupiah Diperkirakan Menguat Setelah Suku Bunga Makin Naik Terangkat

SURABAYA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari ini, Jumat (22/9/2023), terprediksi naik tipis akibat penahanan suku bunga.
Mata uang rupiah ditaksir menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (21/9/2023) sementara itu indeks dolar melambung 0,29 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,04 persen atau 6,5 poin menjadi Rp15.375 per dolar AS.
Di lain sisi, mata uang negara-negara kawasan Asia lainnya juga bertumbuh dengan berbagai variasi pada perdagangan hari ini. Yen Jepang menguat 0,10 persen, dolar Hong Kong menguat 0,04 persen, dan bath Thailand menguat 0,13 persen.
Namun tak hanya melihat sebelah mata, ada pula mata uang beberapa negara Asia yang lesu di hadapan dolar AS seperti dolar Singapura yang melemah sebesar 0,14 persen, won Korea melemah 0,73 persen, rupee India melemah 0,07 persen, yuan China melemah 0,24 persen dan peso Filipina melemah 0,10 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah besok akan berfluktuatif namun berakhir menguat tipis direntang Rp15.350- Rp15.410.
Dia mengatakan pelaku pasar menyambut baik laporan pemerintah tentang penerimaan pajak negara per Agustus 2023 mencapai Rp1.246,97 triliun atau 72,58 persen dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2023.
Hal tersebut sesuai dengan sasaran yang ditetapkan pemerintah dalam penerimaan pajak. Jumlah penerimaan pajak negara itu berasal dari PPh Non Migas sebesar Rp708,23 triliun, tumbuh 7,06 persen atau mencapai 81,07 persen dari target APBN, PPN dan PPnBM sebesar Rp447,58 triliun atau naik 8,14 persen atau 64,28 persen dari target APBN.
Kemudian, PBB dan pajak lainnya sebesar Rp11,64 triliun, turun -12,01 persen atau 29,10 persen dari target APBN dan PPh Migas sebesar Rp49,51 triliun, turun -10,58 persen atau 80,59 persen dari target APBN.
Maka dari it, ke depannya kinerja penerimaan pajak akan melambat dibandingkan tahun sebelumnya karena penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan tidak berulangnya kebijakan PPS.
Lalu, berbagai jenis pajak masih tumbuh positif dengan dinamika periodik yang bervariasi. Secara rinci, PPh 21 tumbuh 17,4 persen searah dengan utilisasi tenaga kerja dan tingkat upah yang baik.
Kemudian, PPh OP tumbuh 2,2 persen dan PPh Badan tumbuh 23,2 persen, PPh 26 tumbuh 25,3 persen, PPN DN tumbuh 15,5 persen. Sedangkan, terjadi kontraksi pada PPh 22 impor sebesar -6,0 persen, PPh Final terkontraksi -39,4 persen, dan PPN Impor sebesar -4,7 persen.
Sementara itu dari luar negeri, The Fed menganalisis beberapa waktu ke depan suku bunga akan lebih tinggi dan pemotongan yang lebih sedikit pada tahun 2024. Bank sentral mempertahankan suku bunga stabil pada kisaran 5,25 persen – 5,50 persen pada hari Rabu.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours